Ketika Namamu Tak Lagi Harum

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu..
atlet indonesia
Akhir-akhir ini kita sering mendengar bahwa atlet cabang ini memperoleh emas, atlet cabang ini memperoleh medali perak dan atlet ini menjuarai cabang olahraga ini, serta berbagai pemberitaan media televisi yang meliput berbagai cabang olahraga yang sedang diperlombakan.

Itulah even akbar Sea Games ke 26 yang sedang dilaksanakan di Indonesia oleh seluruh negara-negara ASEAN. Yang dimana biaya pembukaan even tersebut menelan biaya hingga Rp 15 Milliar, sebuah dana yang cukup membuat kita terdiam sejenak.

Namun apa yang akan saya bahas disini bukanlah hal itu, bukan juga berupa hadiah Rp 200 juta kepada atlet yang meraih medali emas dan Rp 100 juta kepada atlet yang meraih medali perak.
Namun apa yang akan saya bahas kali ini berupa fakta hidup sebagian atlet yang pernah mengharumkan nama Indonesia pada masanya.

Berikut adalah sebuah paragraf yang saya kutip dari Kompasiana.com.

Adalah Suharto, mantan atlit balap sepeda peraih medali emas Sea Games 1979, kini harus rela berjuang hidup sebagai pengayuh becak. Seperti dilansir lingkarberita.com, pria yang kini berusia 59 tahun itu, pernah meraih medali emas SEA Games nomor Team Time Trial (TTT) 1979 di Kuala Lumpur, medali Perak Tour de ISSI 1977, perunggu pada ROC International Cycling Invitation di China 1977, medali emas Wali Kota Jakarta Utara Cup, perak PON IX/1977 dan sejumlah balapan tingkat nasional lainnya.

Ironis memang negeri tercinta kita ini.

(Saya menulis artikel ini bukan sebagai protes atau kurang setuju dengan pelaksanaan Sea Games yang diadakan di Indonesia, tetapi saya ingin Indonesia lebih menghargai, mengingat, dan merawat, orang-orang yang pernah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, khususnya ketika usia mereka semakin senja..)

Terima Kasih.



Ingin mengikuti artikel Pensil Endy, & mendapatkan update terbaru langsung
Klik untuk Kompas Dunia Maya. Peta Online dan Jasa Pembuatan Toko Online